Selasa, 03 Juni 2014

Fakta Unik Migrasi Burung

 Fakta Unik Migrasi Burung




Migrasi adalah proses perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya sebagai tempat bersarang/tempat tinggal dikarenakan beberapa sebab, seperti mencari makan, jodoh, habitat, berkembang biak, adanya penyakit, bencana alam, kekeringan, dlsbnya. Ada satu fenomena yang luar biasa yang terjadi di dunia yang menunjukkan alasan2 sebelumnya tidak terlalu tepat dari sisi filosofis-nya yaitu Migrasi Burung (Phylum Chordata; Class Aves). Mungkin sains mampu menerangkan bagaimana proses migrasi itu terjadi, namun tidak bisa menjelaskan alasan sebenarnya disebalik proses migrasi tersebut; karena akan menghadapi dilema ketika pertanyaannya adalah 'Kenapa'. Apakah memang tidak ada makanan di tempat asal? Apakah memang tidak cocok tempat asal untuk berkembang biak, dlsb nya? Lantas bagaimana kita menyikapinya. Pahamilah ini sebagai tanda-tanda kebesaran pencipta, Allah ta'ala. Berikut fakta2 unik yang kurangkum selama hampir 6 jam, pekerjaan yang menguras tenaga juga, semoga bermanfaat bagi kita semuanya.

1. Pada tahun 2011, Felix Liechti dan koleganya, di Swiss Ornithological Institute memasang tag elektronik yang berfungsi sebagai log yang mencatat segala gerakan dan aktivitas kepada 6 ekor "Tachymarptis melba" (read: Alphine Swift). Secara mengejutkan menunjukkan bahwa jenis burung ini mampu bertahan di udara dalam keadaan terbang selama 200 hari non-stop (lebih kurang selama 6 bulan), dan diperkirakan jenis burung ini makan dari Aerial Plankton atau serangga yang terbawa oleh angin untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Burung jenis ini bermigrasi dari Mediterania ke Asia Barat lalu ke India kemudian ke Afrika Timur dan Selatan.

2. Kecepatan terbang burung-burung yang bermigrasi berkisar antara 25-80 km/jam (15-50 mil/jam) tergantung dari jenis burung, pola terbang, jarak dan kecepatan angin. Akan tetapi, "Falco peregrinus" (read: Peregrine Falcon) tercatat memiliki kecepatan terbang 40-55 km/jam (25-34 mil/jam) pada keadaan normal sehingga 112 km/jam (69 mil/jam) pada keadaan maksimum, akan tetapi dengan memanfaatkan gravitasi, kecepatannya mampu mencapai 320 km/jam (200 mil/jam), sehingga menjadi burung tercepat di dunia. Jenis ini termasuk jenis burung yang paling jauh bermigrasi di Amerika Utara hingga Amerika Selatan dengan menempuh jarak sekitar 25.000 km.

3. Kalau berbicara kecepatan pada saat migrasi secara konstan, maka juga pada tahun 2011 dilakukan penelitian, "Gallinago media" (read: Great Snipe) adalah yang tercepat dimana melakukan penerbangan transkontinental dari Swedia melintasi Eropa ke Gurun Sahara hanya dalam waktu 2-3 hari non-stop, yaitu sekitar 6.760 km (4.200 mil) dengan kecepatan rata 97 km/jam (60 mil/jam). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Klassen et. al (2011) dalam Biology Letter dipublikasikan oleh Royal Publishing 



4. Data sebelumnya, yang mampu menyamai rekor burung tercepat dalam migrasi adalah "Limosa lapponica" (read: Bar-Tailed Godwitt) yang melakukan migrasi dari Alaska menuju Selandia Baru dalam waktu 9 hari secara non-stop dengan kecepatan 56 km/jam (35 mil/jam). Dr. Clive Minton mengatakan bahwa jarak yang ditempuh dari tempat awal migrasi sampai akhir sekitar 9.575 km (5.950 mil), akan tetapi jarak yang sebenarnya ditempuh oleh Limosa lapponica adalah 11.026 km atau dalam catatan lain, 11.500 km (7.145 mil). Yang sedikit membedakan adalah seperti dikutip juga dari Klaassen (2011) setelah meneliti 10 ekor Gallinago media dengan jenis burung ini, yaitu rute terbangnya yang melewati lautan samudera yang luas, sehingga kecil kemungkinan dia berhenti untuk makan ataupun beristirahat, sehingga tercatat sebagai jarak terjauh yang ditempuh oleh burung dalam sekali migrasi.

5. Sungguh menariknya, pada Juli 2012, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap "Pluvialis fulva" (read: Pacific Golden Plover) oleh Wally Johnson di Wader Study Group Bulletin, mengklaim kecepatan mencapai 90-96 km/jam (56-60 mil/jam) dari Samoa Amerika di pasifik menuju Jepang kemudian Alaska menempuh jarak sekitar 16.000-24.000 km (9.900-14,900 mil). Apakah klaimnya ini benar? meskipun klaim ini perlu pembuktian lebih lanjut (paper tersebut hanya untuk kalangan terbatas), kita bisa tetap mengklasifikasikannya sebagai burung dengan ukuran medium tercepat


6. Menurut penelitian yang terkini oleh Evegang et. al. (2009) [link], mengatakan bahwa "Sterna paradisaea" (read: Arctic Tern) adalah jenis burung yang menempuh jarak paling jauh dari semua jenis burung bahkan seluruh binatang. Perkiraan kasar jarak yang ditempuhnya yaitu rata-rata 50.000 mil (80.000 km) dalam setahun, dimana sekitar 70.900 km (44,300 mil) untuk yang bersarang di Greenland dan Iceland dan 90,000 km (55.900 mil) untuk yang bersarang di Belanda. Sementara itu, para ahli menghitung jarak antara bumi dan bulan, didapatkan hasil 384.400 km, sementara rata2 umur hidup hewan ini adalah 30 tahun, dan selama umurnya tersebut dengan hitungan kasar, maka burung tersebut mampu bolak balik bumi dan bulan sebanyak 3 kali seumur hidupnya.

7. Sekarang timbul pertanyaan yang klasik mengenai aktivitas tidur burung pada penerbangan non-stop, penelitian yang dilakukan terhadap "Catharus ustulatus" (read: Swainson's thrush) oleh Verner Bingman dan koleganya, Frank Moore, menjelaskan aktivitas dari otak, dalam penerbangan 16 jam non-stop menyeberangi padang pasir meksiko sejauh 4.800 km. Hipotesisnya menyatakan bahwa burung melakukan yang namanya "Unihemispheric Sleep", dimana setengah belahan otak tertidur setengahnya lagi berfungsi, begitu juga dengan satu mata terbuka satu lagi tertutup, hal ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan tidur. Akan tetapi, sebuah hipotesis baru dikeluarkannya dalam penelitiannya yang terbaru dengan 'Electroencephalogram', bahwa jenis burung ini mengalami yang namanya 'Micro Nap', atau tertidur dalam masa yang singkat, sekitar 1 menit. Kesimpulannya adalah, burung mengalami masa tidak tidur secara musiman, dimana sebelumnya akan mengalami 'Nocturnal Restlessness', yaitu fase persiapan dimana susah beristirahat.

8. Burung yang diketahui paling tinggi terbang pada saat migrasi adalah "Anser indicus" (read: Bar-headed Goose), yang seperti dikutip dalam penelitian Hawkes, et. al (2012) [link], dengan gamblang setelah melacak/mengikuti 91 jenis burung ini, mendeskripsikan bahwa burung ini terbang di lembah2 Himalaya, dengan ketinggian penerbangan 7.290 m (penerbangan ke selatan) dan 6.540 m (penerbangan ke utara). Akan tetapi 95% penerbangan mereka berada pada ketinggian 5.784 m (18.976 ft) dan hanya 10 jenis burung ini yang terbang lebih tinggi. Dalam catatan lain disebutkan bahwa burung ini mencapai ketinggian 8.481 m (27.825 ft) setinggi Gunung Makalu (gunung kelima tertinggi di dunia), bahkan mencapai ketinggian 10.000 m, meskipun klaim ini hanya bersifat kualitatif semata. Yang menarik adalah, ketinggian maksimum penerbangan pesawat adalah 10.668-11.887 m (35.000-39.000 ft), meskipun Airbus A320 mampu mencapai 13.716 m (45.000 ft), berdasarkan hitung2an kasar suhu udara pada saat burung tersebut berada pada ketinggian 6.000 m (nb: dalam ratusan meter) dengan rumus adalah:

T = S – 0,6°C x H, anggap suhu normal dpl yaitu 26,3° maka;
T = 26,3 °C - (0.6 x 60)
T = (-) 9,7 °C

9. Kembali ke pertanyaan klasik, apa yang dipersiapkan oleh burung sebelum melakukan migrasi, jawabannya adalah hyperphagia. Penelitian dilakukan terhadap 'Branta canadensis' (read: Canada Goose) pada tahun 1981 menggambarkan bahwa burung mengalami fase meningkatnya proses konsumsi makanan dan metabolisme mencapai 20 %, berdasarkan dengan faktor spesies dan keadaan nutrisi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kesimpulannya, burung mengalami masa kegemukan atau obesitas sebelum mereka melakukan migrasi.
10. Dilaporkan bahwa "Setophaga striata" (read: Blackpoll Warbler, menggemukkan badannya lebih dari 2 kali lipat dari ukuran normalnya beberapa minggu sebelum proses migrasi. Jenis burung ini melakukannya ketika hendak menempuh 3.700 km (2.300 mil) selama 86 jam non stop, dari Amerika Utara ke Barat Laut Amerika Selatan. Burung ini memiliki berat mencapai 9.7-21 g dan panjang 12.5-15 cm dengan kepakan sayap mencecah 20-25 cm. Berarti kalau kita menghitungnya secara kasar maka berat badannya mencepai 21-45 g, bahkan mungkin mencecah 50 g.

Information